Prodi Ilmu Hadis Pascasarjana UIN Alauddin Makassar bekerja sama Majlis Taklim, dan Pengurus Masjid Haji Jamaluddin Muhammad dalam Peringatan Hari Besar Islam yang dikemas dalam Maulid Nabi Muhammad Saw. 1444 H.
Acara peringatan Maulid yang berlangsung tanggal 23 Oktober di kompleks Pao-pao Permai selain dihadiri ibu-ibu Majlis Taklim, Jamaah Masjid tersebut juga hadir beberapa dosen Pascasarjana UIN Alauddin Makassar.
Ketua panitia dan sekaligus sebagai sekretaris Pengurus Masjid Haji Jamaluddin Darsul S.Puyu, menghadirkan salah satu dosen Prodi Ilmu Hadis, Prof. Zulfahmi Alwi, M.Ag, Ph.D sebagai pembawa hikmah Maulid yang bertema : "Meneladani Sikap Rasulullah SAW, dalam Meningkatkan Nilai Moderasi Beragama"
Dalam ulasannya, Prof. Zulfahmi bahwa: Orang-orang yang mengaku umat Nabi Muhammad, pasti berharap masuk dalam kategori umat yg dicintai Rasulullah SAW. Tapi apakah kita sudah tergolong umat yg dicintai Rasulullah? Tentu kalau yang mencintai beliau maka termasuk umat yang dicintainya, sebab cinta itu harus datang dari dua arah, dari yang mencintai dan yang dicintai. Untuk itu, tanda-tanda orang yangg mencintai Nabi menurut Prof Zulfahmi adalah :
1. Selalu Mengingat Nabi, paling bagus tiap hari dan tiap saat kita mengingat Nabi. Tapi kadang kita lalai, maka dengan peringatan maulid sekali setahun paling tidak akan kembali menyegarkan ingatan kita kepada beliau sebagai sosok yang mulia. Bagi yg selalu mengingat beliau akan semakin semangat mencintai beliau. Dan ini sudah bagian dari moderasi beragama. Jangan cuma harapkan syafaat beliau sementara kita tidak berusaha mengingat beliau.
2. Menyebut namanya, ada ungkapan siapa yang mencintai sesuatu maka dia akan selalu menyebut namanya. Maulid ini insya Allah memotivasi untuk selalu menyebut nama Nabi Muhammad dengan banyak bersalawat sebagai ungkapan kerinduan kepada beliau. Itulah sebabnya peringatan maulid belum ada pada masa Rasulullah karena kalau para sahabat rindu tidak lama ketemu langsung dengan Rasulullah. Klau kita tidak bisa lagi bertemu langsung, maka perbanyaklah menyebut dan mengucapkan shalawat.
3. Mengikuti perintahnya., wujud mencintai Nabi berarti kita siap mengikuti apapun yang diperintahkan, kalau mencintai pasti rela berkorban untuk yang dicintai. Ada mewujudkan kecintaanya dengan menyiapkan makanan khas, tapi kalau hanya sekedar itu saja maka itu sangat kecil hitungan kecintaan kepada Rasulullah, jadi bukan hanya itu tetapi menyiapkan diri untuk mencintai dan menyiapkan agar memenuhi apa yang dicintai Rasulullah.
Hubungannya dengan tema, kata Zulfahmi, Bagaimana agar senantiasa internalisasi dalam diri sebagai perwujudan kecintaan kepada Rasul. Sebagai orang beragama katanya, tidak hanya mengukur segala yang baik itu dengan akal, dan itu berbahaya karena boleh jadi akan bertentangan dengan ukuran akal orang lain. oleh karena itu harus mengenal perintah dan larangan Rasul. Tentu dengan mencari referensinya dalam teks suci Alquran dan Hadis Nabi. Kita harus paham benar maksud ayat atau hadis, saat diturunkan dan kondisi sosial ketika itu.
Paham maksud dan kondisi sosial saat hadis disampaikan sebagai contoh misalnya hadis tentang larangan minum berdiri. Larangan dalan hadis sangat keras, La yasyrabanna, Jangan sekali-kali kamu minum dalam keadaan berdiri. Kalau dipahami hanya tekstual maka larangan ini berarti berdosa bagi orang minum atau bahkan makan sambil berdiri. Tentu berpahala bagi mereka yang minum sambil duduk. Akibatnnya banyak yang tidak mau ke undangan di hotel karena di hotel kebanyakan minum/makan berdiri. Padahal harus dilihat Apa konteks nabi menyampaikan. Beliau bicara sebagai apa, harus bisa dibedakan kapasitas beliau sebagai kepala negara, kepala rumah tangga, sebagai rasul, atau sebagai budayawan.
Dalam beragama kata Zulfahmi, harus punya literasi yang akurat, contoh hadis tentang larangan minum berdiri itu bukan melanggar hukum, tetapi hanya melanggar etika. Hadis ini menekankan perlunya memelihara etika, maka tidak etis seseorang minum sambil berdiri, walaupun dari aspek hukum tidak masuk kategori berdosa. Jadi harus diawali pemahaman terhadap kandungan matan hadis.
selain memahami kandungan sebuah hadis yang tak kalah pentingnya adalah dengan mengamalkan. Dalam konteks pengamalan perlu hati-hati dengan paham inkarrussunnah. Mereka ini ada yang mengikuti sunnah sepotong-sepotong, mengikuti sunnah kalau berkaitan golongannya, atau menolak sunnah secara total.
Bagaimana mengikuti perintah dan larangan Nabi. Kalau ada perintah jangan berlebih-lebihan, pun kalau ada larangan jangan berlebih-lebuhan. Ini sudah masuk bagian dari yang namanya moderasi dalan beragama.
Jadi maulid sebenarnya bukan karena hanya moment kelahiran Nabi Muhammad tetapi peringatan maulid hakikatnya upaya memupuk dan mempertahankan kerinduan kita kepada Rasulullah. Saat telah tumbuk kecintaan yang tinggi terhadap rasul tetap kita tidak bersikap ekstrim dalam mengamalkan ajaran agama.
Dalam pada itu Ketua Program Studi Ilmu Hadis Pascasarjana UIN Alauddin, Dr. Darsul S. Puyu berharap adanya kerjasama dalam kegiatan keagamaan seperti ini akan lebih mencerahkan umat dalam perspektif dalil naqli yang akurat.