Temu Akademik para pimpinan Pascasarjana dalam lingkup PTKIN Kementerian Agama melalui lembaga Forum Direktur Pascasarjana (FORDIPAS) yang ke-X kembali diselenggarakan mulai tanggal 25-27 Oktober 2023 dengan tuan rumah Progam Pascasarjana UIN Salatiga. Kegiatan ini dilaksanakan di Hotel Griya Persada Convention Hotel & Resort pada Kawasan Puncak Bandungan Kota Semarang. Kegiatan ini dirangkaikan dengan International Conference on Islam, Law and Society (Incoils) yang ke-III dalam tema besar "Reconstructing Religion and Law for Equal and Sustainable Peace".
Pascasarjana UIN Alauddin Makassar menugaskan Wakil Direktur Dr. Hasyim Haddade, M.Ag yang didampingi oleh Ketua Prodi Komunikasi Penyiaran Islam, Dr. H. Kamaluddin, M.Si dan Sekretaris Prodi Doktor Dirasah Islamiyat Dr. H. Abd. Rahman Sakka, Lc. M.Pd.I. Selain pimpinan, Pascasarjana UIN Alauddin Makassar mengutus beberapa pejabat Program Studi yang naskah artikelnya diterima oleh panitia sebagai presenter di kegiatan Incoils III. Mereka yang menjadi presenter adalah Dr. H. Muhammad Yahya (Kaprodi Magister Ilmu Qur'an dan Tafsir); Dr. Nasrullah bin Sapa, Lc. (Sekprodi Magister Ekonomi Syariah); Dr. Sitti Raodhah (Kaprodi Magister Kesehatan Masyarakat); Dr. Habibi Abdul Karim (Sekprodi Magister Kesehatan Masyarakat) dan Dr. H. La Ode Ismail Ahmad, M.Th.I (Kaprodi Magister Ilmu Hadits).
Kegiatan ini menjadi ajang akademik para insan akademik Pascasarjana dalam lingkup PTKIN dalam mendiseminasi hasil-hasil penelitian dan pemikiran yang menjadi core keilmuan masing-masing akademisi. Kegiatan ini diharapkan tidak hanya diikuti oleh para dosen Pascasarjana, namun mengikutsertakan para mahasiswa yang memiliki karya akademik dari tesis atau disertasi. Kegiatan ini dibuka oleh Kasubdit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Kementerian Agama mewakil Menteri Agama, Muhammad Aziz Hakim.
Dalam sambutannya, beliau menjelaskan empat tipologi dosen yakni 1) Mampu menulis artikel di jurnal ilmiah dan sering membuat tulisan populer yang rencah dibaca pada media mainstream; 2) Sering menulis artikel di jurnal ilmiah tapi jarang membuat tulisan populer; 3) Banyak membuat tulisan populer tapi jarang menulis di jurnal ilmiah; dan 4) Tidak menulis artikel ilmiah dan minim karya. Beliau juga menekankan agar para dosen PTKIN untuk menulis tulisan populer yang berkenaan dengan isu-isu agama populer untuk merespon para generasi milenial yang lebih suka membaca melalui media-media sosial.